Copyright © Yulida Aini
Design by Dzignine
Selasa, 25 Agustus 2015

MAKALAH HANTAVIRUS



       KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, puji syukur penulis  ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan TaufikNya sehingga penulis mampu menyelesaikan Makalah Mata Kuliah Mikrobiologi II yang membahas tentang “Hantavirus” ini dengan tepat waktu.
Kedua kalinya shalawat serta salam penulis curahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, kepada para sahabat beliau, keluarga-keluarga beliau yang telah berjuang dalam membela agama Allah yaitu Islam.
Semoga Makalah ini bermanfaat dan berguna bagi penulis pribadi dan kepada pembaca yang budiman pada umumnya.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang budiman. Penulis mohon maaf apabila dalam pembuatan Makalah ini terdapat banyak kekurangan, dan untuk itu diharapkan  kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi perbaikan selanjutnya.
Terima kasih
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Mataram, 11 APRIL  2015


                                                                                        Penulis
                     



DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................ i
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi.......................................................................................................... iii


A.  BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1  Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3  Tujuan.................................................................................................... 2
B.  BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 3
2.1 Sifat-Sifat Hantavirus.......................................................................... 3
2.2 Struktur Dan Komposisi Sel Hantavirus .......................................... 3
2.3 Klasifikasi Hantavirus......................................................................... 5
2.4 Replikasi Hantavirus............................................................................ 5
2.5 Patogenesis............................................................................................ 7
2.5.1 Sejarah Hantavirus......................................................................... 7
2.5.2 HFRS (Hemorrahagic Fever with Renal Syndrome)....................... 9
2.5.3 HPS (Hantavirus Pulmonary Syndrom)...................................... .. 11
2.6 Pencegahan Dan Pengendalian Hantavirus................................... ... 12

C.  BAB III PENUTUP................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 14
3.2 Saran...................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 15






           
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Menurut para ahli biologi, virus merupakan organisme peralihan antara makhluk hidup dan benda mati. Dikatakan peralihan karena virus mempunyai ciri-ciri makhluk hidup, misalnya mempunyai DNA (asam deoksiribonukleat) dan dapat berkembang biak pada sel hidup. Memiliki ciri-ciri benda mati seperti tidak memiliki protoplasma dan dapat dikristalkan. Virus adalah parasit mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal.
Di era sekarang, banyak bermunculan penyakit-penyakit baru yang menggantikan penyakit lama yang mulai jarang ditemukan. Organisme yang menjadi faktor penyebab penyakit-penyakit  adalah virus. Virus yang menyebabkan penyakit biasanya bersifat patogen.  Salah satu penyakit virus yang baru-baru ini ditemukan adalah infeksi oleh Hantavirus. 
Penyakit yang disebabkan oleh Hantavirus yang ditularkan lewat udara yang tercemar oleh kotoran rodensia ini merupakan satu ha1 yang perlu diantisipasi, walaupun dari laporan penelitian yang dilakukan di beberapa daerah di Indonesia penyakit ini relatif masih endemik pada reservoirnya saja, sedangkan penularan pada manusia masih sangat kecil, kurang dari 10%. oleh karena manifestasi klinisnya yang berakibat fatal. Dikenal dua jenis sindroma sebagai akibat infeksi hantavirus pada manusia yaitu Hemorrhugic Fever wit11 Rend S'yhdrome (HFRS) dan Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS) (Wibowo).
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam makalah ini akan dibahas secara ringkas tentang Hantavirus yang menyangkut sifat-sifat, struktur dan komposisi, klasifikasi, replikasi, patogenesis, pencegahan dan pengendaliannya.



1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya:
a.       Bagaimana sifat-sifat dari Hantavirus?
b.      Bagaimana struktur dan komposisi sel Hantavirus?
c.       Apa klasifikasi Hantavirus?
d.      Bagaimana replikasi Hantavirus?
e.       Bagaimana Patogenesis dari Hantavirus?
f.       Bagaimana pencegahan dan pengendalian Hantavirus?

1.3  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuannya adalah untuk:
a.      mengetahui sifat-sifat dari Hantavirus
b.    Mengetahui struktur dan komposisi sel Hantavirus
c.     Mengetahui klasifikasi Hantavirus
d.    Mengetahui replikasi Hantavirus
e.     Mengetahui patogenesis dari Hantavirus
f.     Mengetahui cara pencegahan dan pengendalian Hantavirus


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sifat-Sifat Hantavirus
Hantavirus adalah kelompok virus endemik dalam satu, atau paling banyak tempat, beberapa tikus atau insektivora merupakan host tertentu, pada tempat yang  yang juga disesuaikan. Setidaknya 20 hantaviruses telah diidentifikasi, namun perkiraan jumlah yang tepat dari virus bervariasi. Hantaviruses baru diidentifikasi seiring lokasi di mana virus ditemukan. Namun, beberapa virus ini kemudian direklasifikasi. Hantaviruses ditemukan di seluruh dunia pada tikus dan serangga. Distribusi masing-masing virus biasanya dibatasi oleh jangkauan geografis host spesifik (Anonim.2009).
Hantavirus adalah suatu virus RNA yang termasuk dalam famili Bunyaviridae, yang memiliki genom, yaitu berupa 3 segmen ssRNA yang bersifat negatif sens. Genom terdiri atas small segmen (S), medium seginen (M) dan large segmen (L). Segnen S (1,7-2,O kb) mengkode protein nukleokapsid (N), segmen M (3.6 kb) mengkode protein prekusor glikoprotein dari dua glioprotein virus (G 1 dan G2) dan segmen L (6,5 kb) mengkode ensim RNA polimerase (1).
Sifat virus Hanta kurang infeksius, kecuali di dalam lingkungan tertentu. Lamanya waktu virus ini dapat bertahan di lingkungan, setelah keluar dari tubuh tikus tidaklah diketahui secara pasti. Tetapi percobaan laboratorium menunjukkan bahwa, daya infektifitasnya tidak dijumpai setelah dua hari pengeringan.
Penyakit akibat infeksi Hantavirus juga merupakan penyakit menular ynag bisa ditularkan kepada orang-orang terutama melalui “aerosolisasi” virus yang terkandung dalam urin, kotoran, atau air liur hewan yang terinfeksi. Aerosolisasi terjadi ketika virus menyebar ke udara, sehingga mudah terhirup ketika anda bernapas. Hal ini dapat terjadi (misalnya) ketika sapu yang digunakan untuk membersihkan kotoran tikus di loteng bersinggungan dengan partikel udara yang mengandung kotoran hantavirus, kemudian dengan mudah dapat terhirup oleh manusia.
2.2 Struktur dan Komposisi Sel Hantavirus
Studi dengan mikroskop elektron diambil sampel tipis  bagian jaringan postmortem menunjukkan partikel hantavirus memiliki morfologi yang cukup khas dari anggota keluarga Bunyaviridae, yang membentuk dominasi bulat atau tidak teratur dengan diameter partikel 80-120 nm. Panjang partikel rata-rata sekitar 170 nm (Zhenqiang Bi, Pierre B.H. Formenty, Cathy E. Roth)
       Genom
Analisis molekuler pertama dari HTNV menunjukkan bahwa genom terdiri dari tiga negatif strain, RNA beruntai tunggal yang terbagi 3 dari tiga segmen genom. Tiga segmen yaitu S (kecil), M (medium), dan L (besar). Segmen tersebut mengkodekan nukleoprotein (N), glikoprotein amplop (Gn, Gc, G1, dan G2), dan protein L atau RNA virus (vRNA) RNA polimerase (RdRp).

Virion
          Virion Hantavirus memiliki diameter sekitar 80-120 nanometer (nm). Dengan ketebalan lipid bilayer sekitar 5 nm dan tertanam dengan protein permukaan virus. Glikoprotein virus ini,  dikenal sebagai Gn (G1) dan Gc(G2), yang dikodekan oleh segmen M genom virus. Kedua protein ini cenderung untuk saling mengaitkan dengan satu sama lain dan memiliki ekor interior dan eksterior yang meluas sekitar enam nm luar lapisan permukaan. 
Hantavirus memiliki selubung  yang mengandung lipid (lemak) dan didalamnya juga terdapat nucleocapsids. Selubungnya Ini terdiri dari banyak salinan nukleokapsid dengan sebuah protein N, yang berinteraksi dengan tiga segmen tiga genom virus untuk membentuk struktur heliks. Virion tersusun atas 50% protein, lemak 20-30% dan 2-7% karbohidrat. Kepadatan virion adalah 1,18 gram per sentimeter kubik. Fitur ini umum untuk semua anggota Bunyaviridae.
Virion memiliki struktur permukaan dalam pola persegi grid-seperti biasa dengan setiap unit morphologic menjadi sekitar 8 nm diameter bila dilihat oleh pewarnaan negatif. Seperti virus lain enveloped, hantaviruses mudah diinaktivasi dengan panas, deterjen, iradiasi UV, pelarut organik dan hipoklorit solusi.


2.3 Klasifikasi Hantavirus
Hanta virus adalah genus virus dari familia Bunyaviridae yang menyebabkan penyakit sindrom paru virus hanta (hantavirus pulmonary syndrome). Bunyaviridae adalah suatu famili virus yang besar, diantaranya ditularkan melalui serangga (Bunyamwera, Nairo, dan Phlebovirus), beberapa mengunfeksi tanaman (Tospovirus) dan beberapa bersifat zoonotik (Hantavirus). Semuanya adalah virus yang berselubung dan berbebtuk sferis dengan suatu nukleokapsid (Hart,Tony,Shears, Paul.1996).

Klasifikasi Hantavirus:
Kelas        : kelas Virus ((-)ssRNA)
Ordo         : Unassigned
Family      : Bunyaviridae
Genus       : Hantavirus
Spesies     : Hantaan virus

2.4 Replikasi Hantavirus
Virus masuk ke dalam sel eukariotik dengan cara interaksi antara glikoprotein virus dan sel reseptor pada host dibantu oleh ko-faktor Decay yang mempercepat masuknya virus ke sel inang. Infeksi pada manusia terjadi dengan adanya aktivitas αvβ3-integrin. Ketika virus sedah berada di permukaan sel inang, virus ditangkap oleh reseptor clathrin dengan cara endositosis, kemudian RNA virus rilis ke dalam sitoplasma sel inang melalui fusi endosom, dengan syarat pH membran virus harus rendah.5
Setelah gen dari virus memasuki sitoplasma, terjadi transkripsi dan replikasi primer vRNA menjadi mRNA secara bersamaan. Translasi segmen L dan S terjadi di ribosom. G1 dan G2 glikoprotein membentuk hetero-oligomer dan kemudian diangkut dari retikulum endoplasma ke kompleks Golgi, di mana glikosilasi selesai. Protein L menghasilkan genom baru lahir dengan replikasi melalui positif-sense RNA. Virion hantavirus diyakini dirakit oleh nukleokapsid dengan glikoprotein yang tertanam dalam membran Golgi. Virion baru lahir kemudian diangkut dalam vesikel sekretori ke membran plasma dan dirilis oleh eksositosis.5,6 

1.             Partikel virion menuju ke permukaan sel melalui interaksi antara reseptor permukaan sel inang dan glikoprotein virus.
2.             Virion masuk dengan cara endositosis dan terjadi pelepasan struktur permukaan, serta pelepasan genom virus.
3.             Transkripsi RNA komplementer (Crna) dari genom RNA virus (rRNA).
4.             Replikasi dan amplifikasi RNA, perakitan dengan protein N, dan transportasi ke aparatus Golgi.


5.             Perakitan semua komponen di aparatus Golgi.
6.             Jalan keluar virus melalui fusi dari vesikel Golgi.
Pada proses replikasinya, RNA virion disalin menjadi mRNA dengan bantuan transkriptasa virion. Dengan bantuan produk translasi mRNA selanjutnya disintesis RNA komplementer. Tiap segmen RNA komplementer kemudian menjadi cetakan bagi RNA genom. Replikasi di sitoplasma dan morfogenesisnya melalui proses budding di membran Golgi. Contoh : virus ensefalitis California.

2.5 Patogenesis
2.5.1   Sejarah
Penyakit zoonotik bersumber rodensia terutama penyak itinfeksi Hantavirus dikenal dengan penyakit demam berdarah dengan sindrom renal (Haemorrhagic Fever with Renal Syndrome/HFRS) yang disebabkan oleh beberapa spesies virus dari genus Hantavirus, famili Bunyaviridae adalah salah satu emerging diseases yang penting dengan "angka kematian" menurut WHO. Genus hantavirus yang menyebabkan penyakit pada manusia diketahui terdiri dari spesies virus Hantaan (HTNV), virus Seoul (SEOV), virus Dobrava (DOBV), virus Puumala (PUUV) dan virus sin-nombre (SNV). Penyakit ini disebabkan oleh beberapa spesies virus dari genus Hantavirus. Salah satunya yang dikenal dengan demam Korea disebabkan oleh virus Han-taan. Waktu terjadi wabah dikalangan pasukan Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) di Korea pada tahun 1951 (Chan,1987). Angka kematian akibat virus Hantaan berkisar antara 5%-15% (WHO, 1982). Virus tersebut dapat diisolasi dan ditemukan di daerah wabah yang kemudian dikenal sebagai virus Hantaan sesuai dengan nama sungai yang terdapatdi antara Korea Utara dan Korea Selatan. Berbeda dengan empat (4) spesies virus yang disebut pertama, spesies yang terakhir menyebabkan penyakit dengan sindrom paru-paru yang disebut hantavirus pulmonary syndrome (HPS) yang pada tahun 1993 mulai dikenal dan mewabah di Amerika Serikat (Tambunan, Veny,2008).
Patogenesis infeksi hantavirus tidak jelas karena ada kekurangan model hewan (tikus dan mencit tampaknya tidak mendapatkan penyakit berat). Sementara situs replikasi primer tidak jelas, baik HFRS dan HPS, efek utama adalah dalam pembuluh darah. Ada peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan penurunan tekanan darah akibat disfungsi endotel. Dalam HFRS, kerusakan paling dramatis terlihat pada ginjal, sedangkan di HPS, paru-paru dan limpa yang paling terpengaruh (Medical-Net).
Anggota Hantavirus dapat dibedakan menjadi 3 kelompok berdasarkan penyakit yang ditimbulkannya. pertama kelompok yang menyebabkan HFRS (Hemorrahagic Fever with Renul Syndrome). kedua kelompok yang menyebabkan HPS (Huntavirus Pulmonary Syndrom) dan ketiga yang tidak menimbulkan penyakit pada manusia (Wibowo).
Penyakit Hantavirus ditularkan melalui kotoran deer mouse (sebangsa tikus), sejenis binatang pengerat. Hantavirus biasanya terhirup setelah terbawa udara dalam debu yang mengandung urin atau tinja tikus dan menyerang paru-paru (Hantavirus pulmonaary syndrom, HPS),. Hantavirus juga menyebabkan demam berdarah yang disertai gejala ginjal (hemorrhagic fever renal syndrom) (Reports from National Centers Disease, Department of Health  service, State of California, dalam Timmerck 2004).

                 Sumber:http://en.wikipedia.org/wiki/Hantavirus                       Sumber: www.aschq.army.mil



2.5.2 HFRS (Hemorrahagic Fever with Renal Syndrome)
Selain ditularkan oleh nyamuk, berbagai virus penyebab Demam Berdarah juga dapat ditularkan oleh caplak (ticks) atau oleh Rodent. Demam Berdarah yang disertai sindrom renal disebabkan oleh Hantaan virus yang dapat diisolasi dari rodent maupun dari penderita. Penyakit ini dilaporkan dari Korea, yang secara serologis mempunyai hubungan dengan demam berdarah disertai sindrom renal Di Rusia, nephropathia epidemica di sSkandinavia, dan epidemic haemorrhagic fever di Cina dan Jepang. hantaan virus banyak diekskresi dari saliva, urine, dan tinja tikus (Soedarto.2004). 
Demam dengan ginjal sindrom (HFRS) adalah kelompok serupa klinis penyakit yang disebabkan oleh spesies hantaviruses dari keluarga Bunyaviridae. Hal ini juga dikenal sebagai Korea demam, epidemi demam, dan nephropathis epidemica. Dalam hantavirus yang disebabkan demam waktu inkubasi adalah dua sampai empat minggu pada manusia sebelum gejala infeksi hadir. Keparahan gejala tergantung pada muatan virus.
-          Gejala hantavirus berupa Sindrom ginjal
Hantavirus memiliki waktu inkubasi 2-4 minggu pada manusia, sebelum gejala infeksi terjadi. Gejala ini dapat dibagi menjadi lima fase:
·       Fase demam: Gejala termasuk demam, menggigil, telapak tangan berkeringat, diare eksplosif, malaise, sakit kepala, mual, nyeri perut dan punggung, masalah pernapasan seperti yang umum dalam virus influenza, serta masalah gastro-intestinal. Gejala ini biasanya terjadi selama 3-7 hari.
·       Fase hipotensif: ini terjadi ketika platelet darah tingkat drop dan gejala dapat menyebabkan takikardia dan hipoksemia. Fase ini dapat berlangsung selama 2 hari.
·       Oliguria fase: Fase ini berlangsung selama 3-7 hari dan ditandai dengan timbulnya gagal ginjal dan proteinuria terjadi.
·       Fase diuretik: ini dicirikan dengan diuresis 3-6 L per hari, yang dapat berlangsung selama beberapa hari sampai minggu.
·       Fase konvalesen: Hal ini biasanya terjadi ketika pemulihan dan gejala mulai membaik.
HFRS ringan mungkin terjadi seperti pada penyakit nephropathia epidemica, manifestasi pandarahan jarang dijumpai, dan biasanya perjalanan penyakitnya berlangsung selama 7-10 hari. HFRS berat biasanya terdapat trias gejala yang terdiri dari demam, pendarahan dan insufisiensi (gangguan) ginjal.
Tanda lain HFRS adalah pelebaran kapiler, bocornya pembuluh darah yang menyebabkan gejala pendarahan, dan cenderung timbul syok akibat kekurangan cairan. Penyakit ini mempunyai lima fase yang sifatnya makin progresif, yaitu fase demam, hipotensi (tekanan darah turun), oliguri (produksi urin turun), diuretik (produksi urin banyak), dan fase konvalesen walaupun tidak semua penderita melalui fase-fase tersebut.(Soeharyo Hadisaputro/Guru Besar FK Undip-12 dalam Anonim).
Patogenesis sebagian besar tidak diketahui, tapi temuan dari beberapa studi telah menyatakan bahwa mekanisme kekebalan tubuh memainkan peran penting. Setelah infeksi, ditandai produksi sitokin. Komponen-komponen ini memainkan peran penting selama tahap demam dan hipotensi. Sehingga terjadi kerusakan pada endotel pembuluh darah, dilatasi kapiler, dan kebocoran kapiler.8
Antibodi spesifik terhadap antigen virus dapat dideteksi saat timbulnya demam berdarah dengan gejala sindrom gagal ginjal. Aktivasi sel T terjadi sangat cepat dalam perjalanan HFRS dan berhubungan dengan peningkatan dalam jumlah neutrofil, monosit, sel B, dan sel-sel CD8. Jumlah sel T helper (CD4) tidak meningkat. Sel T Interferon gamma dapat membantu mengurangi risiko perkembangan gagal ginjal akut.8
Sebuah peran kompleks imun telah dibuktikan mempengaruhi proses kompleks imun dalam serum, pada permukaan sel darah merah dan trombosit, dalam glomeruli, dalam tubulus ginjal, dan dalam urin. Pengaktifkan komplemen dan dengan memicu pelepasan mediator dari trombosit dan sel-sel inflamasi, kompleks imun dapat menghasilkan cedera vaskular yang merupakan ciri khas dari penyakit ini.8


2.5.3 Hantavirus Pulmonary Syndrom (kardio-) sindrom paru (HPS)
Sumber: http://www.facmed.unam.mx
HPS adalah penyakit paru akut yang berat terkait dengan onset cepat gagal napas dan syok kardiogenik . Sindrom paru hantavirus (HPS) adalah penyakit mematikan yang ditularkan oleh tikus yang terinfeksi melalui urine, kotoran, atau air liur. Manusia dapat terjangkit penyakit ini ketika mereka menghirup virus aerosol. HPS pertama kali dikenal pada tahun 1993 dan sejak itu telah diidentifikasi di seluruh Amerika Serikat. Meskipun jarang, HPS berpotensi mematikan. Rodent control di dalam dan sekitar rumah tetap menjadi strategi utama untuk mencegah infeksi hantavirus. Masa inkubasi HPS antara 9-33 hari (median 14-17 hari). Perjalanan klinis HPS ada tiga fase, yakni fase prodromal, kardiopulmoner dan fase pemulihan. Sedangkan masa inkubasi HFRS bervariasi antara 4-42 hari. Tingkat keparahan penyakit bervariasi dari ringan sampai yang berat, sementara infeksi subklinis dapat terjadi pada anak-anak.
Gejala-gejala ini, yang sangat mirip dengan HFRS, termasuk takikardia dan takipnea. Kondisi tersebut dapat menyebabkan fase cardiopulmonary, di mana syok kardiovaskular dapat terjadi, dan pasien rawat inap diperlukan.  
HPS memiliki patogenesis yang kompleks terkait dengan infeksi hantavirus dan sistem kekebalan tubuh yang menghasilkan perubahan permeabilitas pembuluh darah. Kebanyakan pasien mengalami edema paru diikuti oleh kegagalan pernapasan, hipotensi, dan syok kardiogenik. Infeksi Hantavirus di paru dimulai dengan interaksi Gn dan Gc glikoprotein permukaan dengan sel target endotel, makrofag, dan trombosit yang telah terintegrasi oleh reseptor β3-integrin di membran sel. Sel-sel ini memungkinkan replikasi virus, yang menginduksi aktivasi kekebalan. Aktivasi kekebalan, terutama oleh makrofag dan sel T CD8, mungkin terlibat dalam patogenesis yang menyebabkan kegagalan pernafasan dan HPS. Makrofag aktif mensekresi sitokin proinflamasi seperti TNF-α, interleukin-1 (IL-1), dan IL-6. Sel CD4 T setelah mengenali antigen, membentuk sel helper, T helper 1 (Th1) dan sel Th2. Sel Th1 memproduksi interferon gamma (IFN-γ) dan TNF-β (atau limfotoksin-α), yang bertanggung jawab untuk imunitas sel, dan diferensiasi ini diatur oleh IL-12. Sel-sel Th2 menghasilkan IL-4 dan IL-5 dan membentuk respon humoral dan alergi.
2.6    Pencegahan Dan Pengendalian
Pengobatan tergantung pada tahap penyakit dan status hidrasi pasien dan kondisi hemodinamik. Langkah yang paling penting dalam mengelola HFRS adalah mempertahankan status sirkulasi dan hemodinamik pasien.8
Penggunaan agen vasoaktif dan albumin intravena selama periode syok sangat membantu. Namun pemberian berlebihan dapat menyebabkan ekstravasasi disebabkan oleh kebocoran kapiler, terutama selama tahap demam dan hipertensi.8
Pertimbangkan penggunaan diuretik, seperti furosemide, ketika pasien memiliki volume yang berlebihan dan oliguria. Antiviral ribavirin digunakan selama bagian awal (fase demam) penyakit, mengurangi viremia dan tingkat keparahan penyakit. Antihipertensi yang diindikasikan pada pasien dengan hipertensi, yang biasanya muncul selama fase oliguria penyakit. Dialisis diindikasikan jika pasien telah lama oliguria dengan tidak ada respon terhadap pengobatan medis dan jika gagal ginjal cepat memburuk dengan indikasi perburukan cairan dan kelainan elektrolit. 8
Langkah-langkah pengendaliannya termasuk menjaga populasi tikus tetap rendah dan berada di luar bangunan dan menghindari kontak dengan semua jenis tikus, baik yang hidup maupun yang mati. Jika kotoran tikus ditemukan di rumah yang jarang ditempati, siramlah dan bersihkan dengan menggunakan masker dan sarung tangan karet, basahi seluruh tempat yang terkena dengan desinfektan, kumpulkan kotoran dan letakkan dalam dua lapis kantong plastik antibocor dan buang bersama alat-alat pembersihnya. Jangan menyapu, menyedot, dengan vacuum cleaner atau melakukan kegiatan yang dapat menerbangkan debu dan menjadikan virus terbawa dalam udara (Reports from National Centers Disease, Department of Health  service, State of California, dalam Timmerck 2004).



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ø  Hantavirus adalah virus RNA strain negatif rantai tunggal dari famili Bunyaviridae yang menular pada manusia melalui hosper hewan pengerat. Beberapa strain Hantavirus menyebabkan penyakit fatal pada manusia, seperti demam berdarah Hantavirus dengan sindrom renal (Hantavirus Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome/HFRS) dan sindrom paru Hantavirus (Hantavirus Pulmonary Syndrome/HPS).
Ø  Langkah pengendalian Hantavirus adalah dengan menjaga populasi tikus tetap rendah dan berada di luar bangunan dan menghindari kontak dengan semua jenis tikus, baik yang hidup maupun yang mati.
3.2 Saran
             -



DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2009. Hantavirus. (Diakses dari http://www.cfsph.iastate.edu/Factsheets/pdfs/hantavirus.pdf pada Hari Jumat 10 April 2015 pada pukul 20.30 WITA).
Anonim.2014. Hantavirus. (Diakses dari http://www.news-medical.net  pada Hari Sabtu 11 April 2015 pada Pukul 21.00 WITA).
Hadisaputro, Suharyo. Penyakit Disebabkan Hantavirus.(Diakses dari http://www.suaramerdeka.com pada Hari Sabtu 11 April 2015 pada Pukul 21.10 WITA).
Hart,Tony, Shears, Paul.1996. Atlas berwarna Mikrobiologi kedokteran. Jakarta: Hipokrates.
5Lindkvist M. 2008. Genetic and serologic characterization of a Swedish human hantavirus isolate. (Diakses dari https://www.scribd.com/doc/246294186/Referat-Jariah-I1A010081 pada Hari Jumat 10 April 2015 pada Pukul 20.05 WITA).
6Jonsson, C. Figueiredo, L. Vapalahti, O.A. 2010. Global Perspective on Hantavirus Ecology, Epidemiology, and Disease.( (Diakses dari https://www.scribd.com/doc/246294186/Referat-Jariah-I1A010081 pada Hari Jumat 10 April 2015 pada Pukul 20.05 WITA).
Soedarto.2004.Virologi  Kedokteran.Jakarta: Erlangga. 
Tambunan, Megawati Veny. 2008. Hantavirus
.(Diakses dari http://mikrobio.files.wordpress.com pada Hari Jum’at 10 April 2015 pada pukul 10.00 WITA).
 Timmreck,C.Thomas.2004.Epidemologi Edisi 2.Jakarta: EGC.
Zhenqiang Bi, Pierre B.H. Formenty, Cathy E. Roth.2007.Hantavirus Infection: a review and global update (Review Article). (Diakses dari http://www.enivd.de/han_glob_08.pdf pada hari Sabtu 11 April 2015 pada Pukul 12.10 WITA).