KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan TaufikNya sehingga penulis mampu menyelesaikan Makalah Mata Kuliah Mikrobiologi
II yang membahas tentang “Hantavirus” ini dengan tepat waktu.
Kedua kalinya shalawat serta salam penulis
curahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, kepada para sahabat beliau,
keluarga-keluarga beliau yang telah berjuang dalam membela agama Allah yaitu Islam.
Semoga Makalah ini bermanfaat dan berguna bagi
penulis pribadi dan kepada pembaca yang budiman pada umumnya.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
yang budiman. Penulis mohon maaf apabila dalam pembuatan Makalah ini terdapat
banyak kekurangan, dan untuk itu diharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca demi perbaikan selanjutnya.
Terima kasih
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Mataram, 11 APRIL 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................ i
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi.......................................................................................................... iii
A. BAB
I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan.................................................................................................... 2
B. BAB
II PEMBAHASAN........................................................................... 3
2.1 Sifat-Sifat Hantavirus.......................................................................... 3
2.2 Struktur Dan Komposisi Sel Hantavirus .......................................... 3
2.3 Klasifikasi Hantavirus......................................................................... 5
2.4 Replikasi Hantavirus............................................................................ 5
2.5 Patogenesis............................................................................................ 7
2.5.1 Sejarah Hantavirus......................................................................... 7
2.5.2 HFRS (Hemorrahagic Fever with Renal
Syndrome)....................... 9
2.5.3 HPS (Hantavirus Pulmonary Syndrom)...................................... ..
11
2.6 Pencegahan Dan Pengendalian Hantavirus................................... ...
12
C. BAB
III PENUTUP................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 14
3.2 Saran...................................................................................................... 14
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Menurut para ahli biologi, virus merupakan organisme peralihan antara makhluk hidup dan benda
mati. Dikatakan peralihan karena virus mempunyai ciri-ciri makhluk hidup,
misalnya mempunyai DNA (asam deoksiribonukleat) dan dapat berkembang biak pada
sel hidup. Memiliki ciri-ciri benda mati seperti tidak memiliki protoplasma dan
dapat dikristalkan. Virus adalah
parasit mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus bersifat parasit
obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi
dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan
selular untuk bereproduksi sendiri. Istilah virus biasanya merujuk pada
partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis
organisme sel tunggal.
Di era
sekarang, banyak bermunculan penyakit-penyakit baru yang menggantikan penyakit
lama yang mulai jarang ditemukan. Organisme yang menjadi faktor penyebab penyakit-penyakit adalah virus. Virus yang menyebabkan penyakit
biasanya bersifat patogen. Salah satu
penyakit virus yang baru-baru ini ditemukan adalah infeksi oleh
Hantavirus.
Penyakit yang disebabkan oleh Hantavirus yang
ditularkan lewat udara yang tercemar oleh kotoran rodensia ini merupakan satu
ha1 yang perlu diantisipasi, walaupun dari laporan penelitian yang dilakukan di
beberapa daerah di Indonesia penyakit ini relatif masih endemik pada
reservoirnya saja, sedangkan penularan pada manusia masih sangat kecil, kurang
dari 10%. oleh karena manifestasi klinisnya yang berakibat fatal. Dikenal dua
jenis sindroma sebagai akibat infeksi hantavirus pada manusia yaitu Hemorrhugic
Fever wit11 Rend S'yhdrome (HFRS) dan Hantavirus Pulmonary Syndrome
(HPS) (Wibowo).
Berdasarkan uraian
diatas, maka dalam makalah ini akan dibahas secara ringkas tentang Hantavirus
yang menyangkut sifat-sifat, struktur dan komposisi, klasifikasi, replikasi,
patogenesis, pencegahan dan pengendaliannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
rumusan masalahnya:
a.
Bagaimana
sifat-sifat dari Hantavirus?
b.
Bagaimana
struktur dan komposisi sel Hantavirus?
c.
Apa
klasifikasi Hantavirus?
d.
Bagaimana
replikasi Hantavirus?
e.
Bagaimana
Patogenesis dari Hantavirus?
f.
Bagaimana
pencegahan dan pengendalian Hantavirus?
1.3 Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka tujuannya adalah untuk:
a.
mengetahui sifat-sifat dari Hantavirus
b.
Mengetahui
struktur dan komposisi sel Hantavirus
c.
Mengetahui
klasifikasi Hantavirus
d.
Mengetahui
replikasi Hantavirus
e.
Mengetahui
patogenesis dari Hantavirus
f.
Mengetahui
cara pencegahan dan pengendalian Hantavirus
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sifat-Sifat Hantavirus
Hantavirus adalah kelompok virus endemik
dalam satu, atau paling banyak tempat, beberapa tikus atau insektivora
merupakan host tertentu, pada tempat yang yang juga disesuaikan. Setidaknya 20
hantaviruses telah diidentifikasi, namun perkiraan jumlah yang tepat dari virus
bervariasi. Hantaviruses baru diidentifikasi seiring lokasi di mana virus
ditemukan. Namun, beberapa virus ini kemudian direklasifikasi. Hantaviruses
ditemukan di seluruh dunia pada tikus
dan serangga. Distribusi
masing-masing virus biasanya dibatasi oleh jangkauan
geografis host spesifik
(Anonim.2009).
Hantavirus adalah suatu virus RNA yang
termasuk dalam famili Bunyaviridae, yang memiliki genom, yaitu berupa 3
segmen
ssRNA yang bersifat negatif sens. Genom terdiri atas small segmen (S), medium
seginen (M)
dan
large segmen (L). Segnen S (1,7-2,O kb)
mengkode protein nukleokapsid (N), segmen M
(3.6
kb) mengkode protein prekusor glikoprotein dari dua glioprotein virus (G
1
dan G2) dan segmen L (6,5 kb) mengkode ensim
RNA polimerase (1).
Sifat
virus Hanta kurang infeksius, kecuali di dalam lingkungan tertentu. Lamanya
waktu virus ini dapat bertahan di lingkungan, setelah keluar dari tubuh tikus
tidaklah diketahui secara pasti. Tetapi percobaan laboratorium menunjukkan
bahwa, daya infektifitasnya tidak dijumpai setelah dua hari pengeringan.
Penyakit
akibat infeksi Hantavirus juga merupakan penyakit menular ynag bisa ditularkan kepada
orang-orang terutama melalui “aerosolisasi” virus yang terkandung dalam urin,
kotoran, atau air liur hewan yang terinfeksi. Aerosolisasi terjadi ketika virus
menyebar ke udara, sehingga mudah terhirup ketika anda bernapas. Hal ini dapat
terjadi (misalnya) ketika sapu yang digunakan untuk membersihkan kotoran tikus
di loteng bersinggungan dengan partikel udara yang mengandung kotoran hantavirus,
kemudian dengan mudah dapat terhirup oleh manusia.
2.2
Struktur dan Komposisi Sel Hantavirus
Studi dengan mikroskop elektron diambil
sampel tipis bagian jaringan postmortem
menunjukkan partikel hantavirus memiliki morfologi yang cukup khas dari anggota
keluarga Bunyaviridae, yang membentuk dominasi bulat atau tidak teratur dengan
diameter partikel 80-120 nm. Panjang partikel rata-rata sekitar 170 nm
(Zhenqiang Bi, Pierre B.H. Formenty, Cathy E. Roth)
Genom
Analisis molekuler pertama dari HTNV
menunjukkan bahwa genom terdiri dari tiga negatif strain, RNA beruntai tunggal
yang terbagi 3 dari tiga segmen genom. Tiga segmen yaitu S (kecil), M (medium),
dan L (besar). Segmen tersebut mengkodekan nukleoprotein (N), glikoprotein
amplop (Gn, Gc, G1, dan G2), dan protein L atau RNA virus (vRNA) RNA polimerase
(RdRp).
Virion
Virion Hantavirus memiliki diameter
sekitar 80-120 nanometer (nm). Dengan ketebalan lipid bilayer sekitar 5 nm dan
tertanam dengan protein permukaan virus. Glikoprotein virus ini, dikenal sebagai Gn (G1) dan Gc(G2), yang dikodekan
oleh segmen M genom virus. Kedua protein ini cenderung untuk saling mengaitkan
dengan satu sama lain dan memiliki ekor interior dan eksterior yang meluas sekitar
enam nm luar lapisan permukaan.
Hantavirus memiliki selubung yang mengandung lipid (lemak) dan didalamnya
juga terdapat nucleocapsids. Selubungnya Ini terdiri dari banyak salinan
nukleokapsid dengan sebuah protein N, yang berinteraksi dengan tiga segmen tiga
genom virus untuk membentuk struktur heliks. Virion tersusun atas 50% protein,
lemak 20-30% dan 2-7% karbohidrat. Kepadatan virion adalah 1,18 gram per
sentimeter kubik. Fitur ini umum untuk semua anggota Bunyaviridae.
Virion memiliki struktur permukaan dalam pola
persegi grid-seperti biasa dengan setiap unit morphologic menjadi sekitar 8 nm
diameter bila dilihat oleh pewarnaan negatif. Seperti virus lain enveloped,
hantaviruses mudah diinaktivasi dengan panas, deterjen, iradiasi UV, pelarut
organik dan hipoklorit solusi.
2.3
Klasifikasi Hantavirus
Hanta virus adalah genus virus dari familia Bunyaviridae yang menyebabkan penyakit
sindrom paru virus hanta (hantavirus
pulmonary syndrome). Bunyaviridae adalah suatu famili virus yang besar,
diantaranya ditularkan melalui serangga (Bunyamwera, Nairo, dan Phlebovirus),
beberapa mengunfeksi tanaman (Tospovirus) dan beberapa bersifat zoonotik
(Hantavirus). Semuanya adalah virus yang berselubung dan berbebtuk sferis
dengan suatu nukleokapsid (Hart,Tony,Shears, Paul.1996).
Klasifikasi Hantavirus:
Kelas :
kelas Virus ((-)ssRNA)
Ordo : Unassigned
Family : Bunyaviridae
Genus : Hantavirus
Spesies : Hantaan virus
2.4
Replikasi Hantavirus
Virus masuk ke dalam sel eukariotik dengan cara interaksi
antara glikoprotein virus dan sel reseptor pada host dibantu oleh ko-faktor
Decay yang mempercepat masuknya virus ke sel inang. Infeksi pada manusia
terjadi dengan adanya aktivitas αvβ3-integrin. Ketika
virus sedah berada di permukaan sel inang, virus ditangkap oleh reseptor
clathrin dengan cara endositosis, kemudian RNA virus rilis ke dalam sitoplasma
sel inang melalui fusi endosom, dengan syarat pH membran virus harus rendah.5
Setelah gen dari virus memasuki sitoplasma, terjadi
transkripsi dan replikasi primer vRNA menjadi mRNA secara bersamaan. Translasi
segmen L dan S terjadi di ribosom. G1 dan G2 glikoprotein membentuk
hetero-oligomer dan kemudian diangkut dari retikulum endoplasma ke kompleks
Golgi, di mana glikosilasi selesai. Protein L menghasilkan genom baru lahir
dengan replikasi melalui positif-sense RNA. Virion hantavirus diyakini dirakit
oleh nukleokapsid dengan glikoprotein yang tertanam dalam membran Golgi. Virion
baru lahir kemudian diangkut dalam vesikel sekretori ke membran plasma dan
dirilis oleh eksositosis.5,6
1.
Partikel
virion menuju ke permukaan sel melalui interaksi antara reseptor permukaan sel
inang dan glikoprotein virus.
2.
Virion
masuk dengan cara endositosis dan terjadi pelepasan struktur permukaan, serta
pelepasan genom virus.
3.
Transkripsi
RNA komplementer (Crna) dari genom RNA virus (rRNA).
4.
Replikasi
dan amplifikasi RNA, perakitan dengan protein N, dan transportasi ke aparatus
Golgi.
5.
Perakitan
semua komponen di aparatus Golgi.
6.
Jalan
keluar virus melalui fusi dari vesikel Golgi.
Pada proses replikasinya, RNA virion disalin menjadi mRNA dengan bantuan
transkriptasa virion. Dengan bantuan produk translasi mRNA selanjutnya
disintesis RNA komplementer. Tiap segmen RNA komplementer kemudian menjadi
cetakan bagi RNA genom. Replikasi di sitoplasma dan morfogenesisnya melalui
proses budding di membran Golgi. Contoh : virus ensefalitis California.
2.5
Patogenesis
2.5.1 Sejarah
Penyakit zoonotik bersumber rodensia terutama
penyak itinfeksi Hantavirus dikenal dengan penyakit demam berdarah dengan
sindrom renal (Haemorrhagic Fever with Renal Syndrome/HFRS) yang
disebabkan oleh beberapa spesies virus dari genus Hantavirus, famili
Bunyaviridae adalah salah satu emerging diseases yang penting dengan
"angka kematian" menurut WHO. Genus hantavirus yang menyebabkan
penyakit pada manusia diketahui terdiri dari spesies virus Hantaan (HTNV),
virus Seoul (SEOV), virus Dobrava (DOBV), virus Puumala (PUUV) dan virus
sin-nombre (SNV). Penyakit ini disebabkan oleh beberapa spesies virus dari
genus Hantavirus. Salah satunya yang dikenal dengan demam Korea
disebabkan oleh virus Han-taan. Waktu terjadi wabah dikalangan pasukan
Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) di Korea pada tahun 1951 (Chan,1987). Angka
kematian akibat virus Hantaan berkisar antara 5%-15% (WHO, 1982). Virus tersebut
dapat diisolasi dan ditemukan di daerah wabah yang kemudian dikenal sebagai
virus Hantaan sesuai dengan nama sungai yang terdapatdi antara Korea Utara dan
Korea Selatan. Berbeda dengan empat (4) spesies virus yang disebut pertama,
spesies yang terakhir menyebabkan penyakit dengan sindrom paru-paru yang
disebut hantavirus pulmonary syndrome (HPS) yang pada tahun 1993 mulai dikenal
dan mewabah di Amerika Serikat (Tambunan, Veny,2008).
Patogenesis infeksi hantavirus tidak jelas
karena ada kekurangan model hewan (tikus dan mencit tampaknya tidak mendapatkan
penyakit berat). Sementara situs replikasi primer tidak jelas, baik HFRS dan
HPS, efek utama adalah dalam pembuluh darah. Ada peningkatan permeabilitas
pembuluh darah dan penurunan tekanan darah akibat disfungsi endotel. Dalam
HFRS, kerusakan paling dramatis terlihat pada ginjal, sedangkan di HPS,
paru-paru dan limpa yang paling terpengaruh (Medical-Net).
Anggota Hantavirus dapat dibedakan menjadi 3
kelompok berdasarkan penyakit yang ditimbulkannya. pertama kelompok yang
menyebabkan HFRS (Hemorrahagic Fever with Renul Syndrome). kedua kelompok yang
menyebabkan HPS (Huntavirus Pulmonary Syndrom) dan ketiga yang tidak
menimbulkan penyakit pada manusia (Wibowo).
Penyakit Hantavirus ditularkan melalui
kotoran deer mouse (sebangsa tikus), sejenis binatang pengerat. Hantavirus
biasanya terhirup setelah terbawa udara dalam debu yang mengandung urin atau
tinja tikus dan menyerang paru-paru (Hantavirus pulmonaary syndrom, HPS),.
Hantavirus juga menyebabkan demam berdarah yang disertai gejala ginjal
(hemorrhagic fever renal syndrom) (Reports
from National Centers Disease, Department of Health service, State of California, dalam
Timmerck 2004).
2.5.2 HFRS (Hemorrahagic Fever with Renal
Syndrome)
Selain ditularkan oleh
nyamuk, berbagai virus penyebab Demam Berdarah juga dapat ditularkan oleh
caplak (ticks) atau oleh Rodent. Demam Berdarah yang disertai sindrom renal
disebabkan oleh Hantaan virus yang dapat diisolasi dari rodent maupun dari
penderita. Penyakit ini dilaporkan dari Korea, yang secara serologis mempunyai
hubungan dengan demam berdarah disertai sindrom renal Di Rusia, nephropathia
epidemica di sSkandinavia, dan epidemic haemorrhagic fever di Cina dan Jepang.
hantaan virus banyak diekskresi dari saliva, urine, dan tinja tikus
(Soedarto.2004).
Demam dengan ginjal
sindrom (HFRS) adalah kelompok serupa klinis penyakit yang disebabkan oleh
spesies hantaviruses dari keluarga Bunyaviridae. Hal ini juga dikenal sebagai
Korea demam, epidemi demam, dan nephropathis epidemica. Dalam hantavirus yang
disebabkan demam waktu inkubasi adalah dua sampai empat minggu pada manusia
sebelum gejala infeksi hadir. Keparahan gejala tergantung pada muatan virus.
-
Gejala
hantavirus berupa Sindrom ginjal
Hantavirus memiliki waktu inkubasi 2-4
minggu pada manusia, sebelum gejala infeksi terjadi. Gejala ini dapat dibagi
menjadi lima fase:
·
Fase demam: Gejala termasuk demam, menggigil, telapak
tangan berkeringat, diare eksplosif, malaise, sakit kepala, mual, nyeri perut
dan punggung, masalah pernapasan seperti yang umum dalam virus influenza, serta
masalah gastro-intestinal. Gejala ini biasanya terjadi selama 3-7 hari.
·
Fase hipotensif: ini terjadi ketika platelet darah tingkat
drop dan gejala dapat menyebabkan takikardia dan hipoksemia. Fase ini dapat
berlangsung selama 2 hari.
·
Oliguria fase: Fase ini berlangsung selama 3-7 hari dan
ditandai dengan timbulnya gagal ginjal dan proteinuria terjadi.
·
Fase diuretik: ini dicirikan dengan diuresis 3-6 L per
hari, yang dapat berlangsung selama beberapa hari sampai minggu.
·
Fase konvalesen: Hal ini biasanya terjadi ketika pemulihan
dan gejala mulai membaik.
HFRS ringan mungkin
terjadi seperti pada penyakit nephropathia epidemica, manifestasi pandarahan
jarang dijumpai, dan biasanya perjalanan penyakitnya berlangsung selama 7-10
hari. HFRS berat biasanya terdapat trias gejala yang terdiri dari demam,
pendarahan dan insufisiensi (gangguan) ginjal.
Tanda lain HFRS adalah
pelebaran kapiler, bocornya pembuluh darah yang menyebabkan gejala pendarahan,
dan cenderung timbul syok akibat kekurangan cairan. Penyakit ini mempunyai lima
fase yang sifatnya makin progresif, yaitu fase demam, hipotensi (tekanan darah
turun), oliguri (produksi urin turun), diuretik (produksi urin banyak), dan
fase konvalesen walaupun tidak semua penderita melalui fase-fase tersebut.(Soeharyo Hadisaputro/Guru Besar FK
Undip-12 dalam Anonim).
Patogenesis
sebagian besar tidak diketahui, tapi temuan dari beberapa studi telah
menyatakan bahwa mekanisme kekebalan tubuh memainkan peran penting. Setelah
infeksi, ditandai produksi sitokin. Komponen-komponen ini memainkan peran
penting selama tahap demam dan hipotensi. Sehingga terjadi kerusakan pada
endotel pembuluh darah, dilatasi kapiler, dan kebocoran kapiler.8
Antibodi
spesifik terhadap antigen virus dapat dideteksi saat timbulnya demam berdarah
dengan gejala sindrom gagal ginjal. Aktivasi sel T terjadi sangat cepat dalam
perjalanan HFRS dan berhubungan dengan peningkatan dalam jumlah neutrofil,
monosit, sel B, dan sel-sel CD8. Jumlah sel T helper (CD4) tidak meningkat. Sel
T Interferon gamma dapat membantu mengurangi risiko perkembangan gagal ginjal akut.8
Sebuah peran
kompleks imun telah dibuktikan mempengaruhi proses kompleks imun dalam serum,
pada permukaan sel darah merah dan trombosit, dalam glomeruli, dalam tubulus
ginjal, dan dalam urin. Pengaktifkan komplemen dan dengan memicu pelepasan
mediator dari trombosit dan sel-sel inflamasi, kompleks imun dapat menghasilkan
cedera vaskular yang merupakan ciri khas dari penyakit ini.8
2.5.3 Hantavirus Pulmonary Syndrom (kardio-) sindrom
paru (HPS)
Sumber: http://www.facmed.unam.mx
HPS adalah penyakit paru akut yang berat
terkait dengan onset cepat gagal napas dan syok kardiogenik . Sindrom paru hantavirus (HPS) adalah penyakit
mematikan yang ditularkan oleh tikus yang terinfeksi melalui urine, kotoran,
atau air liur. Manusia dapat terjangkit penyakit ini ketika mereka menghirup
virus aerosol. HPS pertama kali dikenal pada tahun 1993 dan sejak itu telah
diidentifikasi di seluruh Amerika Serikat. Meskipun jarang, HPS berpotensi
mematikan. Rodent control di dalam dan sekitar rumah tetap menjadi strategi utama
untuk mencegah infeksi hantavirus. Masa inkubasi HPS antara 9-33 hari (median 14-17 hari). Perjalanan
klinis HPS ada tiga fase, yakni fase prodromal, kardiopulmoner dan fase
pemulihan. Sedangkan masa inkubasi HFRS bervariasi antara 4-42 hari. Tingkat keparahan
penyakit bervariasi dari ringan sampai yang berat, sementara infeksi subklinis
dapat terjadi pada anak-anak.
Gejala-gejala ini, yang sangat mirip dengan HFRS,
termasuk takikardia dan takipnea. Kondisi tersebut dapat menyebabkan fase cardiopulmonary,
di mana syok kardiovaskular dapat terjadi, dan pasien rawat inap diperlukan.
HPS memiliki patogenesis yang kompleks terkait dengan
infeksi hantavirus dan sistem kekebalan tubuh yang menghasilkan perubahan
permeabilitas pembuluh darah. Kebanyakan pasien mengalami edema paru diikuti
oleh kegagalan pernapasan, hipotensi, dan syok kardiogenik. Infeksi Hantavirus
di paru dimulai dengan interaksi Gn dan Gc glikoprotein permukaan dengan sel
target endotel, makrofag, dan trombosit yang telah terintegrasi oleh reseptor
β3-integrin di membran sel. Sel-sel ini memungkinkan replikasi virus, yang
menginduksi aktivasi kekebalan. Aktivasi kekebalan, terutama oleh makrofag dan
sel T CD8, mungkin terlibat dalam patogenesis yang menyebabkan kegagalan pernafasan
dan HPS. Makrofag aktif mensekresi sitokin proinflamasi seperti TNF-α,
interleukin-1 (IL-1), dan IL-6. Sel CD4 T setelah mengenali antigen, membentuk
sel helper, T helper 1 (Th1) dan sel Th2. Sel Th1 memproduksi interferon gamma
(IFN-γ) dan TNF-β (atau limfotoksin-α), yang bertanggung jawab untuk imunitas
sel, dan diferensiasi ini diatur oleh IL-12. Sel-sel Th2 menghasilkan IL-4 dan
IL-5 dan membentuk respon humoral dan alergi.
2.6
Pencegahan Dan Pengendalian
Pengobatan
tergantung pada tahap penyakit dan status hidrasi pasien dan kondisi
hemodinamik. Langkah yang paling penting dalam mengelola HFRS adalah
mempertahankan status sirkulasi dan hemodinamik pasien.8
Penggunaan
agen vasoaktif dan albumin intravena selama periode syok sangat membantu. Namun
pemberian berlebihan dapat menyebabkan ekstravasasi disebabkan oleh kebocoran
kapiler, terutama selama tahap demam dan hipertensi.8
Pertimbangkan
penggunaan diuretik, seperti furosemide, ketika pasien memiliki volume yang
berlebihan dan oliguria. Antiviral ribavirin digunakan selama bagian awal (fase
demam) penyakit, mengurangi viremia dan tingkat keparahan penyakit.
Antihipertensi yang diindikasikan pada pasien dengan hipertensi, yang biasanya
muncul selama fase oliguria penyakit. Dialisis diindikasikan jika pasien telah
lama oliguria dengan tidak ada respon terhadap pengobatan medis dan jika gagal
ginjal cepat memburuk dengan indikasi perburukan cairan dan kelainan
elektrolit. 8
Langkah-langkah pengendaliannya termasuk
menjaga populasi tikus tetap rendah dan berada di luar bangunan dan menghindari
kontak dengan semua jenis tikus, baik yang hidup maupun yang mati. Jika kotoran
tikus ditemukan di rumah yang jarang ditempati, siramlah dan bersihkan dengan
menggunakan masker dan sarung tangan karet, basahi seluruh tempat yang terkena
dengan desinfektan, kumpulkan kotoran dan letakkan dalam dua lapis kantong
plastik antibocor dan buang bersama alat-alat pembersihnya. Jangan menyapu,
menyedot, dengan vacuum cleaner atau melakukan kegiatan yang dapat menerbangkan
debu dan menjadikan virus terbawa dalam udara (Reports from National Centers Disease, Department of Health service, State of California, dalam
Timmerck 2004).
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Ø Hantavirus
adalah virus RNA strain negatif rantai tunggal dari famili Bunyaviridae yang menular pada manusia melalui hosper hewan
pengerat. Beberapa strain Hantavirus menyebabkan penyakit fatal pada manusia,
seperti demam berdarah Hantavirus dengan sindrom renal (Hantavirus Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome/HFRS) dan sindrom
paru Hantavirus (Hantavirus Pulmonary
Syndrome/HPS).
Ø Langkah pengendalian Hantavirus adalah dengan
menjaga populasi tikus tetap rendah dan berada di luar bangunan dan menghindari
kontak dengan semua jenis tikus, baik yang hidup maupun yang mati.
3.2
Saran
-
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2009. Hantavirus. (Diakses dari http://www.cfsph.iastate.edu/Factsheets/pdfs/hantavirus.pdf pada Hari Jumat
10 April 2015 pada pukul 20.30 WITA).
Anonim.2014. Hantavirus. (Diakses dari http://www.news-medical.net pada
Hari Sabtu 11 April 2015 pada Pukul 21.00 WITA).
Hadisaputro,
Suharyo. Penyakit Disebabkan Hantavirus.(Diakses dari http://www.suaramerdeka.com pada Hari Sabtu 11 April 2015 pada Pukul 21.10 WITA).
Hart,Tony, Shears, Paul.1996. Atlas
berwarna Mikrobiologi kedokteran. Jakarta: Hipokrates.
5Lindkvist
M. 2008. Genetic and serologic characterization of a Swedish
human hantavirus isolate. (Diakses dari https://www.scribd.com/doc/246294186/Referat-Jariah-I1A010081 pada Hari Jumat 10 April 2015 pada Pukul
20.05 WITA).
6Jonsson, C. Figueiredo, L. Vapalahti, O.A.
2010. Global Perspective on Hantavirus Ecology, Epidemiology, and Disease.( (Diakses dari https://www.scribd.com/doc/246294186/Referat-Jariah-I1A010081 pada Hari Jumat 10 April 2015 pada Pukul
20.05 WITA).
Soedarto.2004.Virologi Kedokteran.Jakarta: Erlangga.
Tambunan, Megawati Veny. 2008. Hantavirus
.(Diakses dari http://mikrobio.files.wordpress.com pada Hari Jum’at 10 April 2015 pada pukul
10.00 WITA).
Timmreck,C.Thomas.2004.Epidemologi Edisi 2.Jakarta: EGC.
Wibowo.2015. Epidemologi Hantavirus Di Indonesia.
(Diakses dari http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article pada Hari Jum’at 10 April 2015 pada
pukul 10.10 WITA).
Zhenqiang Bi, Pierre B.H. Formenty, Cathy E.
Roth.2007.Hantavirus Infection: a review
and global update (Review Article). (Diakses dari http://www.enivd.de/han_glob_08.pdf
pada hari Sabtu 11 April 2015 pada Pukul 12.10 WITA).